Aku bukanlah seorang psikolog, guru, maupun hakim.
Aku hanya seorang pengamat.
Bahagia
Sebuah kata penuh makna
Tergantung siapa yang mengartikannya
Aku pernah mendengar dari seorang teman yang kaya raya
Dia berkata,"Bahagia adalah jika aku punya koleksi lengkap karya Steve Jobs!"
Setelah beberapa waktu kuamati kehidupannya,
Apa yang dilakukan adalah mengeluh, hanya mengeluh masalah sepele
Satu-satunya yang membuat dia bahagia adalah sebuah ego
Ego yang tidak pernah akan terpuaskan
Aku pernah melihat sebuah keluarga fakir miskin
Sang Bapak sedang menarik gerobak barang bekas yang mempunyai atap
Sang Ibu ikut mendorong dari belakang, membantu suami tercinta
Sang anak duduk dalam gerobak itu,
bermain dengan sebuah benda yang kita sebut sampah, namun dia menganggapnya sebuah mainan
Kulihat mereka bertiga tertawa bersama
Seolah mentertawakan kehidupan yang sering menyiksa mereka
Mereka juga bahagia meskipun tidak memiliki koleksi karya Steve Jobs
Pernah aku dikejutkan dengan sebuah pertanyaan dari seorang teman,
"Pernahkah keluargamu, di satu keadaan, sibuk dengan BB nya masing-masing?"
Aku tertawa
Karena aku bersyukur, tidak pernah orangtuaku tenggelam dalam sebuah budaya modern
Kami memang punya kehidupan masing-masing, ya, jelas punya
Kehidupan di luar rumah
Namun ketika pulang ke rumah, seluruh dunia pribadi itu tersingkirkan sementara
Terganti oleh kepentingan keluarga
Sekarang aku tanya,
"Bahagia yang seperti apa yang ingin kau rasakan?"
Sekali lagi kutekankan,
Aku bukanlah seorang psikolog, guru, maupun hakim.
Aku hanya seorang pengamat.
Mengamati sebuah kesenangan tanpa arti.
No comments:
Post a Comment